Rabu, 29 April 2020

Sendang Makmur di Natah Nglipar Gunungkidul

Sendang Makmur di Natah Wetan
 Nglipar Gunungkidul
Air masih mengalir dengan derasnya. Sendang ini mampu menjadi tempat yang menyediakan kebutuhan air warga sekitar.
Isyarat derasnya air ini tak jauh dari lokasi ini dibangun PAM Des(Perusahaan Air Minum) desa. 
Ternyata juga bisa. 

Secara alamiah sendang yang berada di lereng bukit ini masih tumbuh pohon besar. Diameter 1 meteran ini memungkinkan pori-pori tanah masih baik. Sebagai kran dari sungai bawah tanah. Tak heran air begitu deras.

Menurut cerita warga setempat,sebagai mana kata Pak Parno. Bahwa tempat ini munculnya sendang saat Kanjeng Sunan Kalijaga hadir di kawasan ini menyampaikan risalah agama Islam.

Termasuk agenda tahunan dengan perayaan rasul yang dipusatkan disini.

Warga setempat mengadakan sedekah ambengan dan ada pagelaran seni reognya.

Kran air gratis tinggal cur tuangkan ke jrigen
Kran air ini bisa digunakanuntuk umum. Dengan batasan 3 jligen saja. Warga bisa ambil dan tinggal tuangkan saja.

Luapan air yang deras warga bebas ambil air. Tak lagi ke sendang namun sudah tinggal mengulir kran saja.


Cakruk untuk siskamling
Dekat sendang ada bangunan cakruk. Untuk jaga keamanan desa.
Terdapatnya bangunan ini menjadi area untuk koordinasi warga. Kaitannya dengan stabilitas desa. Termasuk rembug warga dalam mengatasi masalah mendadak.
Bisa dikata adanya upaya atasi pandemi virus Korona (Covid-19) saat sekarang.(was)

Selasa, 28 April 2020

Watu Kotak dalam Cerita Warga Sambeng


Desa Sambeng Sambirejo Ngawen Gunungkidul banyak menyimpan cerita soal batu.
Di Sambeg 3 kini masih tertinggal satu yang memiliki cerita."Isihno siji, aja dirusak!" kata Pak Lurah Marjono (alm) pada Tukiyat.semasa masih menjabat.lurah (terakhir sekitar tahun 2009)
Benar adanya tahun 90-an itu di sekitar lokasi ini  masih tersimpan aneka macam ujud batu dan namanya. Watu bonang,tete,dan lainnya.
Kata Tukiyat yang kini ada tinggal satu ini. Batu -batu yang banyak itu kini musnah. Karena penambangan batu kala itu.
Melihat hilangnya batu ang bernilai selaku pemerintah desa kala itu memberikan amanat pada warga desa.Agar jangan dirusak lagi.
Cerita Tukiyat,"dulu lokasi ini sering terdengar alunan gamelan yang dibunyikan."Mirip wayangan kulit. Bahkan desa sebelah yang akan wayangan itu dikira sudah digelar. Padahal itu bersumber dari sini." Keterangan Tukiyat.
Kini batu ini masih berada di Sambeng dengan mantabnya. Sebagai heritage dan cagar budaya stempat.